Meskipun Jepang adalah negara kepulauan, sejak zaman dahulu telah berinteraksi dengan berbagai negara. Di antara negara-negara tersebut, hubungan dengan China sangat mendalam, tidak hanya dalam bentuk interaksi biasa, tetapi juga dengan mengirim delegasi untuk mempelajari sistem politik China atau bahkan terlibat dalam perang. Oleh karena itu, kali ini kami akan memperkenalkan sejarah interaksi antara Jepang dan China yang memiliki hubungan erat.

Zaman Heian (794-1185): Awal Pertukaran Budaya dan Pengaruh Dinasti Tang

Latar Belakang Zaman

Zaman Heian adalah periode di mana pengaruh budaya China (khususnya Dinasti Tang: 618-907) paling menonjol di Jepang. Pada masa ini, Jepang secara aktif mengadopsi politik, budaya, dan agama China melalui utusan ke Tang.
(Gambar Referensi: 高野山の見どころ観光情報局)

Peristiwa Utama Zaman Heian

Utusan ke Tang berperan penting dalam membawa budaya dan pengetahuan terbaru dari China ke Jepang. Pembangunan ibu kota Heian-kyō yang terinspirasi oleh ibu kota Tang, Chang'an, penyebaran agama Buddha, serta teknik penulisan puisi Tiongkok dan lukisan, adalah beberapa contoh dari pertukaran budaya yang luas. Namun, pada akhir abad ke-9, seiring dengan kemunduran Dinasti Tang, pengiriman utusan ke Tang dihentikan, dan Jepang mulai mengembangkan budayanya sendiri.

Zaman Kamakura (1185-1333): Zaman Samurai, Kejayaan Dinasti Song, dan Serangan Mongol

Latar Belakang Zaman

Zaman Kamakura adalah periode di mana samurai untuk pertama kalinya memegang kendali politik, dan hubungan dengan Dinasti Song (960-1279) menjadi ciri khasnya. Pada masa ini, Jepang dan China berinteraksi terutama melalui perdagangan. Ini juga merupakan masa di mana Jepang mengalami dua kali serangan oleh Kekaisaran Mongol yang telah menaklukkan China.
(Gambar Referensi: Japaaan magazine)

Peristiwa Utama Zaman Kamakura

Setelah Dinasti Song ditaklukkan, Kekaisaran Mongol yang menyatukan China, menyerang Jepang dua kali untuk memperluas wilayah mereka. Peristiwa ini dikenal sebagai Serangan Mongol (1274 dan 1281). Mongol menyerang kota pelabuhan Hakata di Jepang, tetapi pasukan Jepang yang memiliki ketahanan luar biasa dan bantuan angin musim berhasil mengusir pasukan Mongol dua kali. Namun, serangan Mongol ini meningkatkan ketegangan antara kedua negara.

Zaman Muromachi (1336-1573): Perdagangan dan Pengaruh Budaya Timbal Balik

Latar Belakang Zaman

Zaman Muromachi adalah periode di mana interaksi antara Jepang dan China terutama dilakukan melalui perdagangan antara Keshogunan Muromachi dan Dinasti Ming (1368-1644). Interaksi pada masa ini memiliki dampak besar pada budaya dan masyarakat Jepang.

Peristiwa Utama Zaman Muromachi

Perdagangan dengan Dinasti Ming merupakan elemen penting yang mendukung dasar finansial Keshogunan Muromachi, dengan impor seperti koin tembaga, keramik, sutra, dan buku dari China ke Jepang. Khususnya, koin tembaga yang dikenal sebagai Yongle Tongbao (gambar di atas) yang diimpor dari China, sangat mendorong perkembangan ekonomi berbasis uang di Jepang. Selain itu, Jepang mengekspor perak dan belerang ke China. Pertukaran budaya pada masa ini memiliki pengaruh mendalam pada budaya teh dan seni Jepang, di mana pengaruh China sangat terlihat pada peralatan teh dan karya seni Jepang. Selain itu, banyak biksu dan cendekiawan Jepang belajar di China, memperdalam pertukaran budaya antara kedua negara.
(Gambar Referensi: 日本史辞典.com)

Zaman Edo (1603-1868): Sakoku dan Pertukaran Terbatas

Latar Belakang Zaman

Zaman Edo adalah periode di mana kebijakan isolasi Jepang (sakoku) diberlakukan, sehingga interaksi internasional sangat dibatasi. Pemerintah memutuskan untuk mengisolasi diri setelah menilai bahwa agama Kristen yang dibawa dari Eropa tidak menguntungkan bagi pemerintahan Jepang. Negara yang utamanya berinteraksi dengan Jepang pada masa ini adalah Belanda dan China. Selama sebagian besar periode ini, China berada di bawah kekuasaan Dinasti Qing (1644-1912).
(Gambar Referensi: ナガジン!)

Peristiwa Utama Zaman Edo

Jepang menerapkan kebijakan sakoku dan sangat membatasi interaksi langsung dengan negara asing. Namun, perdagangan dengan Belanda diizinkan melalui Pulau Dejima di Nagasaki, dan perdagangan terbatas juga berlanjut dengan Dinasti Qing. Selama periode ini, buku dan budaya dari Belanda dan China terus masuk ke Jepang, dan pengaruh dari kedua negara terlihat dalam bidang ilmu pengetahuan dan budaya. Secara khusus, dari Belanda, Jepang menerima pengetahuan tentang kedokteran, terutama anatomi, sementara dari China, pengaruh Konfusianisme sangat besar, yang dipelajari dengan mendalam oleh para cendekiawan Jepang pada masa Edo.

Zaman Meiji (1869-1912): Modernisasi Jepang dan Hubungan Baru dengan Dinasti Qing

Latar Belakang Zaman

Zaman Meiji adalah periode di mana Jepang mengalami westernisasi dan modernisasi yang cepat. Pada masa ini, China masih berada di bawah kekuasaan Dinasti Qing, tetapi pengaruh kekuatan Barat semakin kuat.

Peristiwa Utama Zaman Meiji

Setelah Restorasi Meiji, Jepang secara aktif mengadopsi teknologi, sistem, dan pemikiran Barat untuk memperkuat negara. Hubungan antara Jepang dan China selama periode ini mulai menunjukkan sisi persaingan di panggung politik internasional. Perang Sino-Jepang (1894-1895) adalah peristiwa penting pada masa ini, di mana kemenangan Jepang menghasilkan Taiwan menjadi wilayah Jepang. Perang ini menandai pengakuan Jepang sebagai negara modern, serta menyoroti keterlambatan modernisasi di China.
(Gambar Referensi: コトバンク)

Zaman Taisho (1912-1926): Babak Baru Hubungan Jepang-China dan Pertukaran Budaya

Latar Belakang Zaman

Zaman Taisho adalah periode di mana Jepang semakin memperkuat posisinya di panggung internasional dan mencari peran baru dalam tatanan dunia pasca-Perang Dunia Pertama. Pada masa ini, China mengalami periode kekacauan setelah runtuhnya Dinasti Qing akibat Revolusi Xinhai.
(Gambar Referensi: ヨーロッパ史入門)

Peristiwa Utama Zaman Taisho

Hubungan Jepang-China pada Zaman Taisho ditandai oleh pertukaran budaya. Budaya Jepang, terutama sastra dan filsafat, mempengaruhi gerakan budaya baru di China, dan pertukaran antara para intelektual dari kedua negara berlangsung aktif.

Namun, hubungan politik pada masa ini cukup tegang. Dalam Konferensi Perdamaian Paris setelah Perang Dunia Pertama, Jepang memperkuat tuntutannya terhadap China, yang memicu peningkatan sentimen anti-Jepang di China. Selain itu, sikap Jepang terhadap masalah Provinsi Shandong mempengaruhi citra Jepang di mata komunitas internasional.

Zaman Showa (1926-1989): Periode Perubahan Drastis dan Konflik

Latar Belakang Zaman

Zaman Showa adalah periode paling bergolak dalam hubungan antara Jepang dan China. Pada masa ini, China mengalami perubahan politik besar, termasuk upaya penyatuan oleh pemerintah nasional, Perang Tiongkok-Jepang, dan kebangkitan Partai Komunis yang akhirnya mendirikan Republik Rakyat China.
(Gambar Referensi: 文春オンライン)

Peristiwa Utama Zaman Showa

Perang Tiongkok-Jepang yang dimulai pada tahun 1937 adalah periode paling tegang dalam hubungan kedua negara. Perang ini membawa dampak serius akibat tindakan militer Jepang dan pendudukan berikutnya di China, yang berkontribusi pada sentimen anti-Jepang di kalangan rakyat China hingga saat ini.

Selama Perang Dunia Kedua dan sesudahnya, setelah kekalahan Jepang, hubungan kedua negara sempat membaik. Namun, dengan adanya Perang Dingin, China menjadi negara komunis sementara Jepang memperkuat aliansi dengan Amerika Serikat, yang menyebabkan ketegangan politik baru antara Jepang dan China.

Memasuki tahun 1970-an, hubungan antara Jepang dan China perlahan membaik, dengan normalisasi hubungan diplomatik pada tahun 1972 menjadi titik balik penting. Setelah itu, hubungan kerjasama terutama di bidang ekonomi mulai terjalin antara kedua negara.

Ringkasan

Bagaimana menurut Anda? Kita telah melihat kembali interaksi antara Jepang dan China.

Budaya Jepang masih menunjukkan pengaruh dari China. Budaya tradisional seperti puisi Tiongkok dan kaligrafi telah diwariskan ke era baru dan dianggap sebagai elemen penting dalam budaya dan pendidikan Jepang. Di sisi lain, hubungan Jepang-China dari periode Taisho hingga Showa mengalami perubahan besar dari pertukaran budaya hingga konflik militer serius, dan akhirnya normalisasi hubungan pasca perang. Perubahan ini berdampak besar pada keseimbangan geopolitik di Asia Timur dan masih mempengaruhi hubungan internasional saat ini.

Dengan demikian, sejarah hubungan antara Jepang dan China telah berkembang dengan kompleks, melibatkan aspek politik, ekonomi, dan budaya. Dari zaman kuno hingga modern, hubungan kedua negara kadang bersifat bersahabat dan kadang kompetitif, namun selalu menempati posisi penting dalam sejarah Asia Timur.