Situs Iwajuku
Situs Iwajuku terletak di Kota Midori, Prefektur Gunma, dan dikenal sebagai situs zaman Paleolitikum pertama yang ditemukan di Jepang, serta sebagai tempat asal penelitian zaman Paleolitikum di Jepang. Situs ini ditemukan oleh Hisashi Suzuki pada tahun 1956, dan setelah penggalian lebih lanjut, banyak alat batu dan tulang hewan ditemukan. Temuan ini menjadi bukti penting bahwa sejarah manusia di Kepulauan Jepang dapat ditelusuri kembali hingga sekitar 30.000 tahun yang lalu.
Ciri khas dari Situs Iwajuku adalah banyaknya alat batu yang ditemukan yang dibuat dengan teknik batu yang dipukul. Alat-alat batu ini diyakini digunakan untuk berbagai tujuan, seperti pisau, alat pengikis (alat untuk mengikis kulit), dan ujung panah. Selain itu, dari situs ini juga diketahui bahwa terdapat banyak bahan baku batuan yang digunakan untuk membuat alat batu, menunjukkan bahwa orang-orang pada zaman Paleolitikum memilih tempat yang cocok untuk membuat alat batu.
Di Situs Iwajuku, penelitian stratigrafi juga dilakukan, dan ditemukan bahwa situs ini terdiri dari beberapa lapisan tanah. Hal ini menunjukkan bahwa situs ini digunakan dalam jangka waktu yang lama, dan selama waktu tersebut, gaya hidup dan alat yang digunakan oleh manusia berubah.
(Kutipan Gambar: 文化遺産オンライン)
Situs Danau Nojiri
Situs Danau Nojiri terletak di Kota Shinano, Distrik Kamiminochi, Prefektur Nagano, dan merupakan situs zaman Paleolitikum yang memegang posisi penting dalam penelitian zaman batu di Jepang. Situs ini dikenal karena banyaknya artefak yang ditemukan di sekitar Danau Nojiri, terutama di dekat tepi danau.
Ciri khas dari Situs Danau Nojiri adalah beragamnya artefak yang ditemukan, termasuk alat batu dan tulang hewan. Alat-alat batu yang ditemukan di sini mencakup alat batu yang dipukul dan alat batu yang diasah, yang memberikan petunjuk berharga tentang kehidupan dan aktivitas orang-orang pada zaman Paleolitikum. Selain itu, dari tulang hewan yang ditemukan, kita dapat memperkirakan jenis hewan yang diburu dan bagaimana manusia pada waktu itu berinteraksi dengan lingkungan mereka.
Situs Danau Nojiri juga memberikan informasi penting dari lapisan tanahnya. Beberapa lapisan tanah telah diidentifikasi di situs ini, dan setiap lapisan mengandung artefak dari periode yang berbeda. Hal ini memungkinkan kita untuk melacak perubahan gaya hidup dan perkembangan teknologi manusia sepanjang zaman Paleolitikum.
(Kutipan Gambar: 文化遺産オンライン)
Gaya Hidup dan Budaya
Kehidupan orang-orang pada zaman Paleolitikum di Jepang terutama bergantung pada berburu, mengumpulkan, dan menangkap ikan. Mereka sering berpindah sesuai dengan perubahan musim, mendapatkan makanan dari berbagai lingkungan alam. Alat utama yang digunakan adalah alat batu yang dipukul, yang digunakan untuk berburu hewan dan mengolah tanaman. Dalam berburu, kemungkinan besar mamalia besar menjadi target utama, sementara dalam kegiatan mengumpulkan, mereka mengumpulkan buah-buahan, biji-bijian, dan akar sesuai musim. Penangkapan ikan juga merupakan sumber makanan penting di daerah dekat sungai dan pantai. Mengenai tempat tinggal, bentuk spesifiknya tidak diketahui, tetapi kemungkinan besar merupakan struktur sederhana yang terbuat dari bahan alami. Orang-orang pada zaman ini diduga hidup dalam hubungan yang erat dengan lingkungan alam, menerapkan strategi hidup yang optimal setiap musim.
Teknologi dan Kerajinan
Teknologi pada zaman Paleolitikum terutama terkait dengan pembuatan alat batu, di mana alat batu yang dipukul dan diasah adalah alat utama. Alat-alat batu ini digunakan tidak hanya untuk berburu, tetapi juga untuk mengolah tanaman dan kayu. Selain itu, terdapat juga alat-alat yang terbuat dari tulang dan tanduk hewan, yang mungkin digunakan sebagai jarum jahit atau kail pancing.
(Kutipan Gambar:諏訪市HP)
Manusia dan Mamut
Ketika memikirkan zaman Paleolitikum, banyak orang mungkin membayangkan mamut. Mamut adalah simbol ikonik dari zaman Paleolitikum, dan perburuan mereka kemungkinan memainkan peran penting dalam kehidupan manusia pada masa itu.
Bukti keberadaan mamut di Jepang ditemukan terutama di daerah sekitar Hokkaido. Di Hokkaido, ditemukan tulang dan gading mamut, yang menunjukkan bahwa mamut pernah hidup di Jepang. Diperkirakan bahwa mamut dan mamalia besar lainnya berpindah melalui jembatan darat yang menghubungkan Semenanjung Shiretoko dan Sakhalin.
Meskipun bukti langsung perburuan mamut oleh manusia pada zaman Paleolitikum terbatas, peralatan batu yang ditemukan menunjukkan bahwa mereka memiliki teknologi untuk berburu mamalia besar. Perburuan mamut dan hewan besar lainnya membutuhkan strategi perburuan yang terencana dan kerjasama kelompok, karena hewan-hewan ini menyediakan sumber makanan yang melimpah. Kegiatan perburuan semacam ini mungkin berkontribusi pada perkembangan organisasi sosial dan komunikasi.
Namun, pada akhir zaman es terakhir sekitar 10.000 tahun yang lalu, ketika iklim mulai menghangat, habitat mamut dan banyak mamalia besar lainnya hilang, yang mengarah pada kepunahan mereka. Perubahan ini menyebabkan perubahan besar dalam gaya hidup manusia pada zaman Paleolitikum, yang kemudian beralih ke zaman Jomon.
Akhir dan Transisi ke Zaman Jomon
Sekitar 10.000 tahun yang lalu, dengan berakhirnya zaman es terakhir dan pemanasan iklim, ekosistem di Kepulauan Jepang mengalami perubahan besar. Gaya hidup zaman Paleolitikum secara bertahap berubah, dan masa Jomon dimulai. Awal zaman Jomon ditandai dengan dimulainya pertanian, kehidupan menetap, dan penggunaan tembikar.
Zaman Paleolitikum adalah periode yang sangat penting untuk memahami aktivitas manusia awal di Kepulauan Jepang. Melalui penelitian periode ini, kita mendapatkan wawasan berharga tentang strategi adaptasi manusia, perkembangan teknologi, dan bentuk awal struktur sosial. Penelitian tentang zaman Paleolitikum, yang masih menyimpan banyak misteri, merupakan tema penting tidak hanya dalam bidang arkeologi tetapi juga dalam antropologi dan sejarah lingkungan.