Apakah kalian pernah mengunjungi Kuil Ise Jingu? Kuil Ise Jingu adalah kuil yang paling sakral di Jepang yang terletak di Kota Ise, Prefektur Mie, Jepang, dan menjadi tempat ziarah bagi banyak pengunjung dari dalam dan luar negeri. Ise Jingu dikenal sebagai kuil dengan status tertinggi di antara kuil-kuil di Jepang, dan terkenal karena memuja dewa pencipta Jepang, Amaterasu Omikami. Namun, tahukah Anda sejarah di balik kuil Ise Jingu ini? Apakah Anda juga tahu bahwa kuil ini dibangun kembali setiap 20 tahun? Pada kesempatan kali ini, kami akan memperkenalkan sejarah, tempat-tempat menarik, dan pengetahuan umum tentang kuil nomor satu di Jepang, Ise Jingu.

Apa itu Ise Jingu?

Mari kita mulai dengan menjelaskan apa sebenarnya Ise Jingu itu. Ise Jingu adalah kompleks kuil yang terdiri dari dua kuil utama, yaitu Naiku (Kuil Dalam, atau Kuil Agung Kaisar) dan Geku (Kuil Luar, atau Kuil Agung Toyouke). Selain kedua kuil utama ini, terdapat banyak kuil-kuil tambahan, kuil-kuil terkait, dan kuil-kuil kecil lainnya yang tersebar di Kota Ise dan sekitarnya. Di Naiku, dipuja Amaterasu Omikami, dewa tertinggi dalam mitologi Jepang dan leluhur dari keluarga kekaisaran. Sementara di Geku, dipuja Toyouke Omikami. Ise Jingu sering digunakan untuk merujuk pada seluruh kompleks kuil yang terdiri dari 125 kuil ini.

Amaterasu Omikami adalah dewa matahari, dan menurut Kojiki, dia lahir dari mata kiri Izanagi no Mikoto ketika Izanagi membersihkan dirinya setelah kembali dari dunia bawah. Tempat suci ini telah lama dianggap sebagai pusat spiritual bagi orang Jepang, dan banyak orang datang untuk berziarah ke sini.

Sejarah Ise Jingu

Sejarah Ise Jingu sangat terkait dengan Amaterasu Omikami. Siapakah sebenarnya Amaterasu Omikami itu?
(Gambar Referensi: aumo)

Siapakah Amaterasu Omikami?

Amaterasu Omikami adalah salah satu dari tiga dewa yang pertama kali muncul dalam mitologi Jepang, ketika alam semesta masih dalam keadaan kacau. Amaterasu Omikami dianggap sebagai dewa terpenting dalam mitologi Jepang dan dikenal sebagai dewa matahari. Dia melambangkan ketertiban alam semesta, kehidupan, dan kemakmuran, serta dianggap sebagai entitas yang istimewa bagi banyak orang Jepang. Amaterasu Omikami tinggal di Takamagahara (dunia langit tempat para dewa), dan melambangkan matahari yang menerangi segala sesuatu dan menghidupi segala kehidupan. Amaterasu Omikami juga berperan dalam penciptaan Jepang.

Amaterasu Omikami memiliki hubungan erat dengan keluarga kekaisaran Jepang dan dihormati sebagai dewa leluhur keluarga kekaisaran. Menurut mitologi, ketika cucunya, Ninigi no Mikoto, turun ke bumi (Tenson Korin), itulah awal mula keluarga kekaisaran Jepang.

Hubungan antara Amaterasu Omikami dan Ise Jingu

Ise Jingu didirikan sekitar 2000 tahun yang lalu. Dahulu, Amaterasu Omikami dipuja di dekat kaisar sejak Tenson Korin. Namun, pada masa pemerintahan Kaisar Sujin, kaisar merasa takut memuja Amaterasu Omikami di tempat yang sama dengan istana kekaisaran, sehingga Amaterasu Omikami dipindahkan dari istana. Tugas penting ini dipercayakan kepada putri kaisar, Toyosuki Iribime no Mikoto. Dia mendirikan tempat suci di Kasanui, Yamato, untuk memuja Amaterasu Omikami.

Kemudian, pada masa pemerintahan Kaisar Suinin, seorang putri kaisar baru, Yamato Hime no Mikoto, muncul. Dia menggantikan Toyosuki Iribime no Mikoto untuk mencari tempat yang layak untuk memuja Amaterasu Omikami secara permanen. Perjalanan ini dimulai dari Provinsi Yamato, melalui Iga, Omi, dan Mino, hingga akhirnya mencapai Provinsi Ise. Amaterasu Omikami berkata, "Negeri Ise yang diberkati oleh angin dewa ini adalah negeri yang indah. Mari kita tinggal di sini." Yamato Hime no Mikoto kemudian membangun kuil di tepi Sungai Isuzu, dan Amaterasu Omikami mendapatkan tempat tinggal abadi di Ise.

Tempat suci ini, Ise Jingu, memiliki sistem "Shihei Kinden" yang melarang siapa pun selain kaisar untuk memberikan persembahan, namun keberadaan dan kesuciannya semakin dikenal oleh masyarakat, dan banyak orang mulai berziarah ke sana. Pada zaman Kamakura, tercatat bahwa "jumlah pengunjung tidak terhitung banyaknya", menunjukkan bahwa Ise Jingu telah menjadi tempat yang dicintai oleh banyak orang.

Kepercayaan terhadap Ise Jingu juga didukung oleh orang-orang yang disebut "Oshi". Mereka berperan dalam menyampaikan doa kepada para dewa, memiliki pengikut di seluruh negeri, mendistribusikan jimat, melakukan doa, memandu para peziarah, dan melaksanakan kagura (tarian suci). Pengaruh Oshi membuat perjalanan ke Ise sangat populer pada zaman Edo. Pada masa damai tanpa perang, orang-orang memiliki kebebasan untuk beriman kepada dewa, dan jaringan transportasi yang lebih teratur membuat perjalanan ke Mie tidak lagi sesulit sebelumnya.

Pada zaman Meiji, sistem Oshi dihapuskan, namun rasa hormat terhadap Ise Jingu tidak berubah. Hingga kini, banyak orang dari seluruh Jepang bahkan dari seluruh dunia mengunjungi tempat suci ini untuk berdoa. Dengan sejarah panjang lebih dari dua ribu tahun, Ise Jingu terus memikat hati banyak orang dengan keindahan mistis dan kedalaman kepercayaannya.

Tempat Menarik di Ise Jingu

Ise Jingu terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu Naiku (Kuil Dalam) dan Geku (Kuil Luar).

Naiku (Kuil Dalam)

Kuil Agung Kaisar (Kotai Jingu)

Naiku, Kuil Agung Kaisar di Ise Jingu, adalah pusat spiritual Jepang dan tempat suci yang memuja Amaterasu Omikami, dewa pelindung negara dan leluhur keluarga kekaisaran. Sekitar 2000 tahun yang lalu, kaisar mulai memuja Amaterasu Omikami dengan meletakkan Yata no Kagami sebagai benda suci di Ise, yang kemudian menyebarkan kepercayaan Ise ke seluruh Jepang. Kelahiran dan kesucian Amaterasu Omikami yang tercatat dalam "Nihon Shoki" semakin menonjolkan pentingnya Kuil Agung Kaisar.

Daya tarik utama Kuil Agung Kaisar adalah Yata no Kagami yang merupakan benda suci dan ruang suci tempat benda itu dipuja. Penghormatan terhadap Amaterasu Omikami tidak hanya terbatas pada istana kekaisaran, tetapi juga memegang posisi khusus sebagai pusat dari semua kuil di seluruh Jepang. Berziarah ke Ise Jingu memiliki arti yang sangat istimewa bagi banyak orang. Kuil Agung Kaisar terletak di kaki Gunung Kamiji dan Gunung Shimaji, di tepi Sungai Isuzu, di lingkungan alam yang kaya. Lingkungan alam yang subur ini semakin menonjolkan kesucian Amaterasu Omikami, membawa ketenangan dan perasaan suci bagi para pengunjung. Kuil Agung Kaisar juga terkait dengan "Tensho Mukyu no Shinchoku," yang melambangkan kemakmuran dan perdamaian abadi negara ini. Proses pemilihan lokasi oleh Yamato Hime no Mikoto di Ise, serta upacara Shikinen Sengu yang diadakan setiap 20 tahun, semakin memperdalam kesucian dan pentingnya Kuil Agung Kaisar.
(Gambar Referensi: 伊勢神宮HP)

Aramatsuri no Miya

Selain kuil utama Naiku dan Geku, Ise Jingu memiliki sepuluh Betsugu (kuil tambahan) yang penting, di antaranya Aramatsuri no Miya memiliki posisi yang sangat penting. Betsugu ini berada di peringkat pertama di antara Betsugu yang termasuk dalam Naiku, dan bangunannya memiliki ukuran yang hampir sama besar dengan kuil utama.

Dewa yang dipuja di Aramatsuri no Miya adalah Aramitama dari Amaterasu Omikami, yang melambangkan kekuatan suci dan aspek aktif dari dewa tersebut. Dalam Shinto, sisi tenang dari roh dewa disebut "Nigimitama," sementara sisi kekuatan yang kuat dan aktif disebut "Aramitama." Dengan memuja Aramitama di Aramatsuri no Miya, kekuatan besar, vitalitas, dan pengaruh kuat dari Amaterasu Omikami terhadap alam dan kehidupan manusia dihormati.
(Gambar Referensi: 伊勢神宮公式HP)

Jembatan Uji dan Sungai Isuzu

Jembatan Uji di Ise Jingu berfungsi sebagai pintu masuk suci yang menyambut para peziarah dan menjadi simbol yang ikonik. Jembatan melengkung yang indah ini memiliki panjang 101,8 meter dan lebar 8,4 meter, dan dikenal dengan desain khas Jepang yang murni. Yang paling menarik adalah 16 gihoju yang berjajar di atas pagar, yang menonjolkan keindahan unik Jembatan Uji.

Material bangunan Jembatan Uji menggunakan bahan bangunan tradisional Jepang. Papan lantai dan pagar terbuat dari kayu hinoki yang harum, memberikan warna dan serat kayu yang lembut serta menghadirkan kehangatan pada jembatan. Sementara itu, tiang jembatan menggunakan kayu zelkova yang tahan air, memastikan jembatan mampu bertahan dalam lingkungan alam yang keras selama bertahun-tahun. Dengan demikian, Jembatan Uji menggabungkan keindahan dan kepraktisan.

Jembatan Uji membentang di jalan menuju Ise Jingu, dan melintasi jembatan ini melambangkan awal perjalanan ziarah. Dengan melintasi jembatan, para peziarah meninggalkan kehidupan sehari-hari dan memasuki wilayah suci. Pemandangan dari jembatan ini berubah sesuai dengan musim, dan keindahan jembatan yang berpadu dengan alam telah memberikan kesan mendalam bagi banyak orang.
Gambar Referensi: 伊勢神宮公式HP)

Jembatan Isuzu

Sungai Isuzu yang mengalir di dalam kawasan Ise Jingu merupakan tempat istimewa bagi para pengunjung karena airnya yang jernih dan latar belakang sejarahnya. Sungai ini juga dikenal sebagai "Misogi-gawa," yang berasal dari kisah mitologi tentang Yamato Hime no Mikoto yang mencuci ujung pakaiannya di sungai ini. Sungai yang indah ini terbentuk dari pertemuan dua anak sungai kecil, yaitu Sungai Kamiji yang berasal dari Gunung Kamiji dan Sungai Shimaji dari Gunung Shimaji.

Di sepanjang jalan menuju Naiku, terdapat "Mitarashi," tempat untuk membersihkan tubuh dan jiwa dengan menggunakan air jernih dari Sungai Isuzu sebelum memasuki tempat suci. Mitarashi ini berfungsi sebagai temizuya (tempat mencuci tangan) untuk mempersiapkan diri sebelum berziarah. Area sekitar Mitarashi dihiasi dengan batu-batu yang indah, yang disumbangkan oleh Keishoin, ibu dari Tokugawa Tsunayoshi, pada tahun Genroku 5 (1692), sehingga memiliki nilai sejarah yang tinggi.

Sungai Isuzu dan Mitarashi memainkan peran penting dalam pengalaman berziarah ke Ise Jingu. Aliran sungai yang jernih dan proses penyucian diri di Mitarashi merupakan persiapan penting sebelum memasuki ruang suci. Saat mengunjungi Ise Jingu, sesuai dengan tradisi kuno, bersihkan tubuh dan jiwa dengan air dari Sungai Isuzu sebagai bentuk penghormatan kepada para dewa. Pengalaman ini memberikan kesempatan berharga untuk merasakan suasana khidmat Ise Jingu dan ajaran Shinto.
(Gambar Referensi: 伊勢神宮公式HP)

Geku

Kaze no Miya

Kaze no Miya yang terletak di Naiku Ise Jingu memuja Kaze no Kami, yaitu Kaze no Kiyotsuhiko no Mikoto dan Kaze no Kiyotobe no Mikoto, yang menguasai angin dan hujan, memainkan peran penting dalam pertanian Jepang. Kuil ini memohon keberhasilan panen dan mencegah bencana yang disebabkan oleh angin dan hujan, terutama untuk kesuburan lima jenis tanaman pokok.

Daya tarik utama Kaze no Miya adalah upacara-upacara yang berkaitan dengan angin dan hujan, terutama Kaze Matsuri. Festival ini diadakan dua kali setahun, pada tanggal 14 Mei dan 4 Agustus, untuk memohon agar tidak ada bencana akibat angin dan hujan, serta agar tanaman tumbuh subur. Dari Jembatan Kaze no Miya, pengunjung dapat menikmati pemandangan indah dedaunan hijau baru dan dedaunan musim gugur yang menonjolkan keindahan alam Kaze no Miya, memberikan ketenangan bagi para pengunjung.

Latar belakang sejarah yang tercatat dalam "Kotaijingu Gishiki-cho" dan "Engishiki" menceritakan sejarah panjang dan perubahan Kaze no Miya. Dahulu disebut "Fujin-sha," kuil ini diberi nama Kaze no Miya setelah badai yang dipuja dianggap menyelamatkan negara dari serangan Mongol dengan menghancurkan armada musuh. Seiring waktu, bentuk upacara berubah menjadi Kaze Matsuri yang diadakan dua kali setahun, namun makna dasarnya tetap diwariskan.
(Gambar Referensi: 伊勢市観光協会公式HP)

 

Shikinen Sengu

Shikinen Sengu di Ise Jingu adalah upacara terbesar yang diadakan di seluruh kompleks kuil, termasuk Naiku (Kuil Agung Kaisar) dan Geku (Kuil Agung Toyouke). Upacara ini dilakukan setiap 20 tahun sekali, di mana bangunan kuil diganti dengan yang baru, dan dewa dipindahkan ke kuil baru tersebut. Tradisi ini telah berlanjut selama sekitar 1300 tahun, melambangkan keberlanjutan dan regenerasi abadi dari Ise Jingu. Makna penting dari Shikinen Sengu adalah menjaga lingkungan yang selalu baru dan bersih untuk memuja dewa, memastikan kesucian ritual yang abadi.

Asal usul Shikinen Sengu berasal dari gagasan Kaisar Tenmu, dengan upacara pertama diadakan pada tahun ke-4 pemerintahan Kaisar Jito (690 M) di Naiku, dan dua tahun kemudian di Geku. Meskipun sempat terhenti sementara dalam sejarah, tradisi ini berlanjut, dan pada tahun 2013, Shikinen Sengu ke-62 diadakan dalam bentuk yang sangat tradisional.

Bentuk awal dari Ise Jingu tidak sebesar kompleks kuil yang dapat dilihat saat ini. Pada awalnya, Ise Jingu adalah tempat suci sementara yang disebut Himorogi atau Hokora, didirikan untuk memuja Amaterasu Omikami selama upacara. Struktur ini berfungsi sebagai tempat sementara yang didirikan baru setiap kali ada upacara untuk memuja dewa. Dari bentuk sederhana ini, Ise Jingu berkembang menjadi kuil permanen yang lebih besar berkat gagasan Kaisar Tenmu dan dimulainya Shikinen Sengu pada masa pemerintahan Kaisar Jito.
(Gambar Referensi: 伊勢神宮公式HP)

Pengetahuan Umum tentang Ise Jingu 

Alasan Ise Jingu Terbagi Menjadi Naiku dan Geku

Nama Naiku dan Geku di Ise Jingu memiliki latar belakang sejarah dan makna yang mendalam. Naiku, atau Kuil Agung Kaisar, memuja Amaterasu Omikami, yang dianggap sebagai entitas paling dihormati dalam mitologi Jepang dan dewa leluhur keluarga kekaisaran. Oleh karena itu, penggunaan karakter "内" (naik), yang berarti "dalam," sangat kuat hubungannya dengan kaisar dan keluarga kekaisaran. Dalam istana kekaisaran kuno, kediaman kaisar disebut "dairi," yang berarti "bagian dalam," dan dari sinilah istilah "Naiku" untuk Kuil Agung Kaisar berasal.

Di sisi lain, Geku memuja Toyouke Omikami, dan nama "Geku" berasal dari istilah yang berarti "luar," merujuk pada istana luar. Jika Naiku melambangkan "kuil bagian dalam" yang terkait dengan kaisar, maka Geku ditempatkan sebagai "kuil bagian luar" yang menyertainya. Dengan demikian, nama Naiku dan Geku di Ise Jingu mencerminkan pentingnya dewa yang dipuja di masing-masing kuil serta hubungannya dengan keluarga kekaisaran.
(Gambar Referensi: Let`s SEE JAPAN)

Ise Jingu Tidak Memiliki Omikuji

Ise Jingu adalah salah satu kuil dengan status tertinggi di Jepang, dan banyak orang berharap dapat mengunjungi tempat suci ini setidaknya sekali seumur hidup. Di Ise Jingu, tidak ada "omikuji" seperti yang biasa ditemukan di kuil-kuil lainnya. Hal ini karena ziarah itu sendiri dianggap sebagai berkah besar, sehingga tidak perlu meramal keberuntungan dengan omikuji.

Ziarah ke Ise Jingu telah lama memiliki makna khusus bagi orang Jepang, dan berkunjung ke kuil ini dianggap sebagai peristiwa penting dalam hidup banyak orang. Di sini, ziarah dianggap membawa "daikichi" (keberuntungan besar), sehingga tidak diperlukan lagi perbuatan meramal keberuntungan lainnya. Karena penghormatan dan keimanan yang mendalam terhadap para dewa di Ise Jingu, ziarah itu sendiri dianggap sebagai berkah tertinggi, sehingga orang dapat menerima berkah langsung dari dewa tanpa perlu mengandalkan omikuji.

Selain itu, kepercayaan dan ritual di Ise Jingu berakar pada tradisi kuno, dan lingkungan suci serta suasana khidmat di kuil ini mendorong refleksi diri dan penyucian spiritual bagi para pengunjung. Dalam lingkungan seperti ini, praktik meramal keberuntungan dengan omikuji dianggap sebagai budaya yang berbeda dari kesucian Ise Jingu.

Alasan Naiku Menganut Lalu Lintas Kanan dan Geku Menganut Lalu Lintas Kiri

Alasan aturan berjalan berbeda antara Naiku dan Geku di Ise Jingu didasarkan pada struktur dan etiket sakralnya. Di Naiku, Kuil Utama terletak di sebelah kiri jalan setapak, dan para peziarah berjalan di sebelah kanan untuk menunjukkan rasa hormat dengan menjaga jarak dari area suci. Oleh karena itu, di Naiku, berjalan di sebelah kanan telah menjadi kebiasaan.

Sebaliknya, di Geku, Kuil Utama terletak di sebelah kanan jalan setapak, sehingga para peziarah berjalan di sebelah kiri. Ini didasarkan pada konsep tradisional di mana para peziarah berjalan menjauh dari Kuil Utama untuk menjaga hati yang penuh rasa hormat.

Selain itu, posisi tempat mencuci tangan (temizuya) atau mitarashi untuk menyucikan diri sebelum berziarah juga terletak di sebelah kanan di Naiku dan di sebelah kiri di Geku. Hal ini untuk memperlancar aliran lalu lintas sesuai dengan aturan berjalan, serta membantu para peziarah mempersiapkan hati mereka sebelum memasuki tempat suci.
(Gambar Referensi: THY GUEST HOUSE EST 2020)

Mengapa Memulai Ziarah dari Geku saat Berkunjung ke Ise Jingu

Kebiasaan memulai ziarah dari Geku di Ise Jingu berasal dari tradisi ritual "Geku Saki Matsuri" di Ise Jingu. Ritual ini pertama-tama dilakukan di Geku, kemudian dilanjutkan di Naiku. Urutan ini didasarkan pada kenyataan bahwa Toyouke Omikami yang dipuja di Geku adalah dewa makanan yang menyediakan makanan untuk Amaterasu Omikami yang dipuja di Naiku. Oleh karena itu, sebelum mengadakan upacara di Naiku, ada kebiasaan untuk terlebih dahulu mempersembahkan makanan kepada Toyouke Omikami di Geku.

Dari urutan ritual ini, ziarah ke Ise Jingu juga biasanya dimulai dari Geku dan kemudian menuju Naiku. Kebiasaan ini tidak hanya menunjukkan rasa hormat kepada para dewa tetapi juga mengikuti urutan ritual suci, yang membantu para peziarah merasa bahwa mereka juga mengambil bagian dalam waktu dan ruang suci tersebut.

Selain itu, pada zaman Edo, ada rute populer yang disebut "Hama Miya" di mana para peziarah membersihkan diri di Futamiura sebelum menuju ke Ise Jingu. Tradisi ini menunjukkan rasa hormat kepada kuil dan memurnikan tubuh dan jiwa sebelum berziarah, dan hingga saat ini masih ada peziarah yang mengunjungi Futamiura. Ini merupakan bagian dari pengalaman spiritual yang lebih dalam saat berziarah ke Ise Jingu. Dengan demikian, ziarah ke Ise Jingu lebih dari sekadar mengunjungi kuil; ini adalah tindakan yang menghormati hierarki dan peran para dewa serta mempersiapkan diri secara mental dan spiritual untuk memasuki ruang suci.

Yata no Kagami sebagai Objek Suci di Naiku Ise Jingu

Di Naiku Ise Jingu, Yata no Kagami, salah satu dari Tiga Pusaka Suci yang memiliki peran sangat penting sebagai simbol kekaisaran Jepang, ditempatkan sebagai objek suci. Tiga Pusaka Suci ini terdiri dari Yata no Kagami, Kusanagi no Tsurugi, dan Yasakani no Magatama, yang dianggap sebagai harta paling suci dan diwariskan dalam keluarga kekaisaran Jepang.

Yata no Kagami adalah cermin suci yang dalam mitologi Jepang digunakan oleh Amaterasu Omikami ketika bersembunyi di dalam gua batu. Setelah itu, cermin ini diwariskan dari Amaterasu Omikami kepada Ninigi no Mikoto, kemudian kepada keturunannya, Kaisar Jimmu, yang merupakan kaisar pertama Jepang. Cermin ini memiliki arti penting bagi keluarga kekaisaran karena menunjukkan legitimasi suksesi kekaisaran.
(Gambar Referensi:伊勢神宮・ご朱印)

Makna Kain Putih di Tempat Ziarah Ise Jingu

Kain putih yang terlihat di tempat ziarah Ise Jingu disebut "Gohou" dan digunakan untuk melindungi dan menjaga kesucian ruang sakral. Bangunan utama kuil dikelilingi oleh empat lapis pagar untuk menunjukkan rasa hormat dan menjaga kesuciannya. Gohou ini berfungsi untuk menutupi ruang sakral sehingga bangunan utama tidak terlihat langsung saat gerbang terbuka, menjaga kesucian tempat tersebut.

Selain itu, dinding yang disebut "Ibarabei" yang terletak di luar pintu masuk juga dipasang dengan tujuan yang sama, yaitu memisahkan ruang sakral dari luar dan menjaga kemurnian serta ketenangan di dalamnya. Ibarabei di Naiku terletak di setiap arah (timur, barat, selatan, utara) termasuk di bawah tangga batu, menciptakan ruang bagi para peziarah untuk menenangkan hati dan merenung sebelum memasuki wilayah suci.
(Gambar Referensi: 伊勢神宮・ご朱印)

Kesimpulan

Bagaimana menurut Anda? Kami telah memperkenalkan sejarah, tempat-tempat menarik, upacara Shikinen Sengu, dan pengetahuan umum tentang Kuil Ise Jingu. Sebagai kuil besar yang memuja Amaterasu Omikami, ada begitu banyak tempat menarik untuk dikunjungi. Selain itu, mengunjungi setelah mengetahui sejarah dan pengetahuan umum seperti ini akan memberikan perspektif yang berbeda dalam menikmati Kuil Ise Jingu.

Di situs ini, kami juga memperkenalkan sejarah dan budaya Jepang lainnya. Jika Anda tertarik, kami akan senang jika Anda membaca artikel-artikel lainnya juga!